Minggu, 16 Januari 2011

rindu dari seberang pulau (untuk Usagi-ku)

Hey kamu, Usagi-ku. Apa kabarmu adikku? Sehatkah kau di sana? Di pulau seberang, tempatmu merantau kini?

Ah, kau ini memang selalu penuh dengan kejutan. Bungsu dari tiga bersaudara yang selalu tak bisa ditebak apa maunya. Siapa sangka anak manja nan ceria ini kini terpisah jauh dari keluarga. Ingatkah kau dulu tak pernah mau beranjak dari rumah? Katamu malaslah, takutlah, tak tahu jalanlah, macam-macam saja. Kalaupun harus ‘terpaksa’ keluar rumah, itupun harus didampingi salah satu dari saudaramu. Dasar memang anak manja.

Semanja-manjanya kamu, aku menikmati kemanjaanmu kok. Aku menikmati tiap kalimat yang kadang meluncur tanpa henti dari bibirmu, menikmati tiap tetes air matamu saat kau berduka, tiap riuh candamu saat kau ceria, dan menikmati marahmu tiap kali kita bertengkar.

Adikku Usagi-ku sayang, aku tulis surat ini sembari mengingat masa-masa kita masih berada di bawah atap yang sama, bersama, satu keluarga utuh. Mengingat caramu bercerita suka dengan mata yang berbinar bahagia, atau kisah duka dengan air mata yang menganak sungai, sampai cerita yang mampu membuat wajahmu merah padam menahan amarah.

Mengingat caramu makan dengan lahap tiap kali aku menyuapimu (ya, agar kau banyak makan memang harus disuapi) membuatku rindu ingin kembali menyuapimu. Mengingat betapa sulitnya kamu untuk diajak berbincang ketika kau asyik dengan buku-bukumu membuat aku rindu menggodamu lagi hingga kau kesal.

Aku mengingat semuanya dengan jelas. Kini, di tanah perantauanmu, adakah tempatmu bercerita, sayang? Bagaimana dengan makanmu? Apa masih susah makan? Adakah yang menggodamu saat kau tengah asyik bergelut dengan buku-bukumu?

Adikku Usagi-ku, sebesar apapun sekarang, tetap saja kau ini adalah adik kecilku. Yang dulu selalu kugendong saat bermain rumah-rumahan, ku ikuti kemana langkahmu pergi saat kita bermain di luar rumah bersama, kuantar kemanapun kamu pergi (oke, yang terakhir memang tidak selalu begitu), yang dengan ikhlas kuberikan lenganku untuk kau gigit karena gemas, atau hidungku yang katamu seperti tombol untuk kau tekan layaknya bel rumah. (ah, tiba-tiba saja ingin memelukmu dan membelai rambutmu).

Adikku Usagi-ku, baik-baik ya sayang kamu di pulau seberang, jagam makanmu, jaga kesehatanmu, istirahat yang cukup, rajin-rajinlah kau kirim kabar agar kami tak khawatir padamu. Nanti, pada saatnya Insya ALLAH aku akan menyusul ke pulau seberang, dan kita akan melakukan segalanya lagi. Berdua. I’ll be ur keeper.

Peluk dan cium jauh untukmu

-Rei-



---Oleh: @


(diambil dari: www.adadhinidisini.tumblr.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar