Rabu, 19 Januari 2011

Surat dari cinta yang terlarang

Kepada Tuhan,
Apa kabar? Aku yakin kau selalu fit. Bagaimana mungkin kau mengatur semesta dengan tubuh sakit. Terima kasih menjagaku tetap hidup, hingga kini.

Tuhan,
Aku disini, sebagai menusia yang penuh kekurangan, ingin bersujud sembah untuk setiap karunia yang kau berikan kepadaku. Keluarga yang lengkap, Kekasih yang setia serta teman-teman yang luar biasa; maya maupun nyata.

Tuhanku yang Maha Segala,
Kekasihku amatlah luar biasa. Dia dokter, dan beberapa bulan lagi akan menempuh pendidikan untuk menjadi dokter spesialis. Sangat membanggakan bukan? Aku beruntung memiliki dia. Aku yang bukan apa-apa, kau pasangkan dengan wanita luar biasa. Terima kasih telah mempertemukan kami kembali, bahkan menumbuhkan cinta diantara kami.

Tuhan,
Saat ini, aku dan kekasihku sedang kau berikan ujian yang relatif sulit, tapi terima kasih kami masih bisa bersama, menikmati donat kesukaan kami dan wi-fi gratisan yang disediakan di tempat kami menghabiskan waktu. Aku yakin, masih banyak pasangan diluar sana, yang tidak lebih beruntung dari kami, yang masih kau izinkan saling menyentuh, meski sembunyi-sembunyi.

Tapi Tuhan,
Aku yakin, Kau tahu benar ketidak-nyamanan kami bercengkrama dibalik kebohongan yang harus kami atur. Apalagi menyangkut orang tua. Aku sangat menghormati mereka. Kadang aku merasa bersalah, harus membuat kekasihku berbohong kepada mereka, hanya untuk mengobati kerinduan kami yang amat menggebu. Hingga kini, aku masih berusaha mengejar standar yang mereka tetapkan, meski sangat sulit; hampir mustahil malah. Aku tahu, aku tak akan mungkin menjadi dokter. Jadi satu-satunya hal yang aku usahakan hanyalah menjadi mapan. Semapan mungkin yang aku bisa untuk membahagiakan kekasihku. Dalam kesempatan ini aku memohon, berilah petunjuk menuju masa depan yang kami impikan bersama.

Tuhanku,
Jangan pernah bosan mendengar namanya disetiap doa-doa yang kupanjatkan. Mungkin masih banyak pasangan di luar sana yang mengirimkan doa-doa serupa, mengalami kesulitan yang lebih daripada kami. Namun aku percaya, Kau melihat setiap usaha yang kulakukan untuknya, demi menjadi yang terbaik baginya.

Untuk terakhir kalinya wahai Sang Maha Segala,
Aku mencintainya. Bila Kau merestui, berilah kami kebahagiaan, jalan terbaik dan terlapang untuk bersatu. Tanpa harus menyakiti siapa pun.

UmatMu yang mencintai,
Aditya Nugraha


---Oleh:


(diambil dari: www.nugrahaditya.wordpress.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar