Jumat, 14 Januari 2011

Surat Dua Untuk Yang Tertunda

Kekasih,

Hari ini hari Sabtu. Seperti biasa izinkan aku bertanya tentang kabarmu. Karna aku tahu kau pasti sudah sangat tahu bahwa setiap detil tentang dirimu itu aku perlu. Tidak ada kata ‘hanya dulu’ tentang dirimu.

Jadi, bagaimana keadaanmu? Masikah sama seperti hari kemarin? Baikkah, atau burukkah? Aku harap tidak ada kata buruk bagimu. Karna dengan seseorang yang mencintaimu sepenuh hati, aku rasa sulit untuk merasa buruk. Karna kau tahu kau dicintai. Selalu dicintai.

Kekasih,

Bolehkah aku sedikit bercerita tentang hariku hari ini. Meskipun kau tak tertarik, tapi bersediakah kau membacanya. Tidak akan terlalu lama, aku hanya butuh waktu sementara.

Hariku hari ini tidaklah berbeda. Sama. Keseharian yang melelahkan. Dan disetiap rasa kelelahan itu, bayanganmu aku selipkan. Menenangkan.

Hari ini aku melihat dirimu lagi. Dan itu cuma untuk sementara lagi. Seperti biasa kau terlihat menawan. Seperti biasa bahumu tetap pantang untuk tak dinikmati. Meski hanya sekedar memandang. Tapi kau tidak akan menolak melihat surga duniamu, bukan?

Aku akui kadang aku berlebihan. Mungkin bagimu semua frasaku tentang dirimu hanya gombal-gombalan murahan. Gombalan yang disusun dengan kata-kata yang dipilih perlahan. Tapi aku akui aku tidak sedang menggombal. Aku tidak sedang berbohong untuk membuat dirimu percaya akan cintaku. Tidak kekasih. Karna memang beginilah adanya rasa ini. Berlebihan.

Salahkah aku mencintai duniaku secara berlebihan ?

Kekasih,

Aku mendengar kabar angin. Mereka bilang kau sedang menunda. Mereka bilang kau masih punya cinta, namun kau sedang menunggu saatnya. Kau menunggu waktu. Kau menunda.

Aku tidak mengerti Kekasih. Meskipun dari awal kau tahu aku memang tidak pernah mengerti banyak hal tentang kita. Yang aku benar-benar pahami hanya rasaku. Aku tidak mengerti mengapa kau menunda. Aku tidak mengerti kenapa kau menunda untuk yang kedua kalinya. Aku sungguh-sungguh sangat tidak mengerti.

Kenapa kau menunda? Kenapa kau membiarkan rasaku terpenjara?

Aku mencintaimu dari dulu dan kau tahu. Meskipun waktu tidak mengizinkanku lagi mengatakannya terang-terangan kepadamu. Tapi aku yakin jagat raya ini memberi tanda padamu. Aku yakin kau mendapatkan perubahan wajahku saat mendapatkan matamu. Aku yakin kau tahu.

Tapi mengapa harus menunda lagi? Dulu kau sudah membatasi cinta ini. Dulu kau sudah menunda sampai rasamu akhirnya benar-benar pergi. Sekarang kau menunda lagi, entah untuk apa aku tak mengerti. Sejujurnnya aku merasa tersakiti.

Kekasih,

Aku memohon kepadamu. Jangan pernah terlintas walau hanya sedetik dipikiranmu, bahwa rasaku ini hanya permainan. Tidak. Tidak ! Aku tidak pernah main-main dengan rasaku. Aku tidak pernah main-main dengan cinta.

Aku tidak pernah sembarangan mengucap ‘I love you.’

Dan sungguh kau harus benar-benar tahu. Rasaku ini ambigu.

Rasa cintaku yang ambigu ini, cuma buat kamu.

Cuma buat kamu.

Kekasihmu sampai maut tak mampu melaju,

Carolyn Sinaga.



(diambil dari: http://carolyngdsinaga.tumblr.com/ )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar