Rabu, 26 Januari 2011

Surat untuk “Tunggu”

Dear 6 aksara kaku yang berbaris kokoh disana.

Aku tidak mengerti darimana sedungguhnya engkau muncul. jika kau dipandang, aku sama sekali tidak melihat sedikitpun sesuatu yang buruk darimu. aku diam sambil membenturkan otak kanan dan kiriku. keduanya berbaur saling tarik menarik untuk membayangkan dan memikirkan darimana dan kapan kata “Tunggu” itu muncul. sehingga pada akhirnya hati, jantung, dan paru - paruku yang saling tarik menarik ingin mengetahui lebih dulu jawabannya.

Ini bukan berarti tidak ada jawaban. malah aku masih menunggu apa itu jawabannya. ya, jawabannya masih tunggu. aku lalu menyimpulkan bahwa dari sinilah jawabannya. aku pun mencari arti dirimu yang sebenarnya. dan jawabannya masih tunggu. dan kemungkinan dari sini juga engkau mulai membuat kesal orang.

Engkau sepertinya tertawa di tiap detik yang terbuang. engkau picik dan licik. engkau juga telah mengambil uangku yang sudah membukit. Nada Tunggu, itu buktinya. engkau meminjam suara orang lain untuk bernyanyi - nyanyi di telingaku.

“Hei Tunggu!”
Ah, kalauku dengar dirimu yang seperti itu, itu membuatku deg - degan. entah mau ada apa dan terkadang itu membawa kesenangan bagiku.

Oh ya, tunggu.
Bisakah kau mempercepat waktu hidupmu? Menunggu. Engkau masih ada di hela nafasku. Aku sebenarnya masih menunggu seseorang. Kita saling menunggu satu sama lain. Coba jika tidak ada engkau. Aku tidak gundah. Menghabiskan waktu membentuk hati yang lama - lama bengkak karena sudah terlalu banyak kerinduanku untuknya.

Aku.
Si pengharap lenyapnya dirimu.



---Oleh:


(diambil dari: www.crezative.tumblr.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar