Rabu, 19 Januari 2011

Untuk Langit






Selamat pagi langit.
Tak perlu bertanya tentang kabarmu. Aku tahu kau cerah sekarang. Biru dan putihmu kompak. Tak ada kelabu.
Langit, cerahmu lantukan nada ceria. Ceriakan hari semua penghuni bumi. Aku salah satunya langit.
Aku mencintaimu, seperti aku mencintai laut dengan birunya. Makanya itu langit aku marah jika ada yang sembarangan membakar sesuatu dan mengubah warnamu menjadi coklat.
Aku juga marah ketika rintik berhasil menembus awanmu, menjadikanmu muram. Uhh langit, saat itu aku selalu merindu. Saat kelabu mengantikan biru dan putihmu.
Dan langit, terima kasih lagi sudah tetap berada di atas kami. Jauh. Aku tak bisa membayangkan ketika kau runtuh. Menindih kami dengan tujuh lapisanmu.
Atau aku tak bisa bayangkan ketika warnamu merah. Ah pastilah bumi menjadi penuh amarah.
Jadi sekali lagi terima kasih langit.
Sampai lupa langit, boleh aku meminta?.
Pintaku tak banyak. Aku mohon tolong suatu saat perlihatkan padaku lukisan matanya, atau lukisan senyumnya. Jangan bertanya. Kamu pasti tahu maksudku. Maksudku Dia. Pasangan masa depanku. Sekali saja, langit. Kau bingkai lukisan itu dibiru milikmu dan gantung di gumpalan awan putih. Agar aku tahu langit, serupa apa senyumnya. Seindah mana matanya. Hanya itu. Tak banyak kan...??
Terima kasih sebelumnya, langit.


Dariku, Pengagummu.
(dibawah biru dan putihmu)

Ps :
  • Aku mengirim surat lewat Elang. Cium dia yah, dia kangen tuh tidur di gumpalan awan
  • Tolong seminggu ini jangan biarkan rintik hujan menembusmu, aku lagi punya kerjaan, pawang hujan mahal , gak mampu nyewa :)
---Oleh:


(diambil dari: www.amaachmad.blogspot.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar