Senin, 17 Januari 2011

Untuk Papa.

Selamat Pagi. Selamat Siang. Selamat Malam.
Kenapa tiga waktu Pa, karena aku tak tahu papa di belahan bumi mana sekarang.
Dan keselamatan, kesehatan, kebahagian, semoga besertamu Pa...
Papa, terima kasih atas semuanya. Aku ada karena Papa.
Boleh aku cerita Pa...?
Boleh yah, Pa.
Aku sekarang sudah selesai kuliah. Dan syukur, nasib baik ramah padaku. Aku sudah bekerja Pa. Mama tak perlu lagi berjualan di pasar untuk biaya hidup. Mama tak perlu lagi menerima jahitan untuk tambahan biaya sekolahku. Dan semua uang kirimanmu berguna untuk sekolahku Pa. Aku walaupun tinggal di rumah tua yang papannya mulai lapuk, atapnya mulai bocor, tak pernah sekalipun terlambat bayar uang sekolah, atau uang semester. Itu berkat engkau dan Mama.
Aku bersyukur Papa. Engkau jauh. Wujudmu tak pernah kulihat. Tanganmu tak pernah kuciumi. Tanganmu tak pernah memelukku. Tapi tak ada benci sedikitpun. Tak ada....
Karena engkau lelaki milik kami. Milikku dan mama. Dua puluh lima tahun Pa, dan mama masih setia. Tak ada nama lain dihatinya. Hanya Papa. Tak ada lelaki lain. Hanya Papa.
Dan Papa, tanggal 14 Februari nanti, aku akan menjadi seorang istri. Ada lelaki baik dan bertanggung jawab memintaku menjadi perempuannya. Aku menerimanya Pa.
Dari itu Pa, aku menulis surat ini. Surat ini kukirim di semua dermaga besar tempatmu singgah.
Pintaku tak banyak Pa, aku hanya mau Papa hadir di hari itu. Hari dimana aku menjadi perempuan milik lelaki lain. Yah, Pa, aku ingin kau hadir, sebagai Wali di pernikahanku.
Hanya itu. Jika setelah itu kau pergi lagi, aku rela. Aku tak marah.
Baiklah Pa. Aku pamit.

Peluk cium.
Anakkmu.


---Oleh:


(diambil dari: www.amaachmad.blogspot.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar