Minggu, 23 Januari 2011

Untukmu yang Tidak Membalas Suratku

Dear kamu yang tidak belum membalas suratku…

Aku selalu menunggu kabar darimu apapun itu, aku berharap kamu selalu baik-baik saja. Aku harap kamu selalu menjalankan pesan dariku. Jaga diri, jaga hati, jaga emosi. Aku selalu ingin kamu dalam keadaan sehat dan baik-baik saja, karenanya kamu harus menjaga dirimu baik-baik. Aku ingin hatimu selalu satu untukku dan tak terbagi, karenanya aku memintamu menjaganya. Aku ingin kamu selalu semangat menjalankan segala hal yang kau perjuangkan di sana, karenanya aku harap kamu bisa menjaga emosimu.

3 bulan kita terpisah secara jarak namun aku hingga kini yakin kita tidak terpisah secara hati. Namun, tanpa kabar darimu, itu membuatku khawatir. Aku rasa, kamu pun tau itu. 7 bulan lagi penantianku untukmu. Ah… buatku itu bukan waktu yang lama karena setelahnya aku akan mendampingimu dalam waktu yang lebih lama dibandingkan dengan penantianku. Semoga Tuhan membaca kalimatku sebagai doa yang akan dikabulkanNya kelak.

Aku hanya ingin berbagi cerita dan kabar padamu, tentang teman-teman kita. Mereka selalu menyampaikan salam rindunya untukmu melalui aku. Hei… apa kamu juga tidak belum menghubungi mereka?! Ah… kamu sesibuk itukah sekarang?

Oya, ada kabar dari Fitri, kamu tau? Dia akan segera menikah beberapa minggu lagi. Bahagianya mendengar kata-kata cinta yang dia ungkapkan, membaca kalimat rindu yang dia tuliskan. Aku ikut bahagia ketika dia berbagi kebahagiaannya denganku. Semoga kita pun segera merasakan kebahagiaan yang sama dengannya. Dan sekali lagi semoga Tuhan membacanya sebagai doa dari kita ku untuk kita.

Kamu tau? Ingin rasanya aku mulai mempersiapkan hari kita. Seperti teman-temanku. Maaf kalau aku mulai terdengar konyol, tapi ku akui kalau ada sebersit rasa iri ingin segera menikah. Pun aku mulai merasa jengah menerima pertanyaan-pertanyaan dari seluruh keluargaku kapan aku akan menyusul. Terkadang aku menjawabnya dengan kata-kata candaku. “Menyusul? Sekarang juga bisa, tinggal injak gas, nyusul deh!” Dan, mereka yang bertanya pun tertawa atau menertawakan aku? Entahlah…

Maaf, aku bukan bermaksud membebani pekerjaan dan perjuanganmu dengan pertanyaan atau cerita bersifat menuntut dariku. Tidak. Bukan itu maksudku. Karena hingga kini pun aku masih memegang niat baikmu padaku sejak kita dipertemukan kembali oleh Tuhan. Kamu memang berniat menjadikanku sebagai pendampingmu kan… Dengan seizin Tuhan tentunya. Dan hingga detik ini, hanya kamulah tetap sosok terbaik untukku.

Hei kamu… Dengarlah jeritan hatiku dalam sujud bertemu dengan Tuhan. Betapa aku merindukanmu. Karenanya aku mohon, balaslah suratku, atau teleponlah aku segera sebelum kerinduan ini pecah menjadi air mata. Aku tetap menunggumu di waktu biasa.

Dari aku, wanita tangguh dan setia yang selalu menunggu pejuangnya kembali.


---Oleh:


(diambil dari: www.hotarukika.tumblr.com )

4 komentar:

  1. sukaaaaaa.... eh ada aku disitu.. dido'ain neeng smoga cepat terwujud dan diwujudkan :) aamiin

    BalasHapus
  2. surat "untukmu yang tidak membalas suratku" bagus banget, meski kata" nya simple tapi dalem banget, bisa mewakili semua unek" yg terpendam ...
    like this ...

    BalasHapus