Senin, 17 Januari 2011

Peparuku

Paru-paruku,

Aku tidak tahu, apakah kalian - sepasang paru-paruku - dapat mendengar suara? Jika tidak, sekarang aku ingin bercerita. Jika ya, aku ingin mengingatkan kalian pada suatu kejadian di akhir Agustus tahun yang lalu. Tepatnya 19 Agustus 2010. Aku usahakan menceritakannya dengan singkat agar kalian tidak bosan.

Begini.

Saat itu, ada sepasang sahabatku yang telah membina hubungan cinta selama 5,5 tahun mengalami masalah. Sebut saja mereka “B” dan “M”. M memutuskan untuk “break” sejenak karena dia merasa cintanya kepada Dan sudah mulai memudar. Untuk dua minggu saja. B merasa sangat patah hati, dan setelah mendengar keputusan M, dia berlari ke rumahku saat itu juga dengan raungan dan derai air mata. Sungguh, dia meraung seperti serigala yang terluka. Seperti anak kecil yang dirampas permennya. Sesampainya di rumahku, dia masih terus menangis, dan aku ingat dia mengatakan kepada M, “Aku tidak bisa hidup tanpamu. Kamu paru-paruku!”

Deg.

Baru kali itu aku mendengar ada orang yang memakai nama kalian untuk mewakili perasaan cintanya. Biasanya menggunakan istilah “jantung hati”, bukankah? Entah apa yang terlintas di hati dan pikiran B ketika ia mengumpamakan (mantan) kekasihnya itu sebagai paru-parunya.

Jadi, kalian itu penting sekali untuk B. Dan kalian itu penting juga untuk semua mahluk hidup. Hewan dan manusia, maksudku. Termasuk aku.

Dear sepasang paru-paruku yang tidak pernah aku lihat dengan mata kepalaku, tapi ada di dalam tubuhku,

Maafkan aku jika selama ini aku telah menyakiti kalian dengan nikotin dan racun lainnya. Aku membunuh kalian dan diriku sendiri secara sadar dan perlahan-lahan. Maafkan aku karena telah mengotori kalian. Maafkan atas ketidakadilan ini.

Ah, tapi bintangku bukan Libra. Aku boleh saja berlaku tidak adil bukan? Sudah, sudah. Ya aku tahu, ini bukan alasan yang tepat untuk terus merokok, bahkan untuk memulainya dulu. Alasan yang terlalu mengada-ada.

Mungkin sama mengada-adanya dengan kecemasan sebagian orang terhadap rokok. It is simply overrated, menurutku. Ada perokok berat yang baru meninggal pada usia 90 tahun, dan penyebabnya pun bukan karena rokok. Sementara ada orang lain yang memang mati muda karena rokok. Jadi tenang saja, paru-paruku. Kalian belum tentu mati terbunuh rokok nantinya. Mungkin saja. Kemungkinan itu ada. Tapi sekali lagi: belum tentu.

Paru-paruku yang pendiam tapi rajin bekerja,

Di dalam sini pasti gelap ya? Dan kalian pastinya sedari kita semua kecil, sudah pandai berenang. Kalian mau tahu sesuatu? Aku tidak bisa berenang! Tapi aku juga tidak mungkin minta kalian mengajariku berenang. Dan mungkin kalian sendiri bernafas dengan insang. Seperti ikan, karena kalian “hidup” dalam zat cair. Jadi ya sudahlah, lupakan saja pembicaraan kita yang tidak penting hari ini.

Aku sebenarnya hanya ingin mengucapkan “hai” kepada kalian. Dan ini untuk pertama kalinya. Terkirim melalui surat, dengan penuh rasa cinta. Oh, juga sekalian sedikit ber-gossip di awal suratku tadi ya? Hehe.

Eh, aku ada pertanyaan satu lagi. Kalian ini kan sepasang; lalu kalian pasangan laki-laki dan perempuan? Bagaimana rasanya mempunyai teman hidup sedari lahir sampai mati? Aku iri. Aku ingin seperti kalian. Mungkin jika reinkarnasi itu ada, aku ingin minta kepada Tuhan supaya aku terlahir sebagai paru-paru bersama pacarku, jadi kami bisa selamanya selalu berdua. Kalian merasakan pastinya ketika itu, betapa nafasku serasa mau putus saat dia menyatakan cintanya kepadaku. Hahaha!

Ah, sudah dulu ya. Terima kasih untuk membantuku tetap hidup sampai hari ini. Kalian baik-baik di dalam ya, dan tidak perlu membalas surat ini. Biar kebaikan kalian Tuhan saja yang membalasnya.

P.S.: Jangan tidur dulu malam ini ya. Aku masih ingin hidup. Tunggu sampai aku menikah dengan pacarku dulu, lalu sampai kami membesarkan putra kami. Ya, anak kami nanti pasti laki-laki. Buktikan omonganku. Makanya, kalian jangan tidur dulu.



---Oleh:


(diambil dari: www.poeticonnie.tumblr.com )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar