Selasa, 18 Januari 2011

Sampaikan Cinta Untuk Mama

Dear Mama,
Ini surat cinta pertama yang kutulis khusus untukmu. Biasanya aku canggung sekali menyampaikan isi hatiku padamu lewat kata-kata. Baik lisan maupun tulisan. Tapi kali ini akan kucoba.

Ada satu hal yang paling ingin kutanyakan padamu, Ma.
Bahagiakah engkau?

Dengan segala pahit-manis kehidupan,
Pasang surut rumah tangga,
Susah-senang, sakit-sehat…
Bahagiakah engkau?

Kadang hatiku rasanya perih seperti diiris ketika melihat kau tertidur pulas saat menonton TV.
Pastilah kau letih sekali.
Bangun paling pagi, menyiapkan sarapan, berangkat kerja hingga sore, mempersiapkan kebutuhan rumah tangga, dan banyak hal lainnya yang belum bisa terpikirkan olehku.
Kata orang, menjadi ibu adalah pekerjaan seumur hidup.
Pekerjaan yang menuntut dedikasi super tinggi tanpa gaji.

Aku ingat, ketika masih sekolah dulu, kau masih sempat menyiapkan nasi goreng untuk sarapanku dan adik-adik, mencarikan kaos kaki untuk Papa, bahkan kadang menyemirkan sepatu kerjanya.
Padahal kau sendiri sedang tergesa-gesa.

Aku ingat, ketika baru pulang bekerja dari kantor, letih dan masih mengenakan baju kerja, kau sempat-sempatnya duduk dan menjahit kancing sekolah adik-adikku yang copot. Karena saat itu aku belum bisa menjahit.

Ah, Mama…

Aku ingat, sepulang bekerja dari kantor, kau masih juga menyempatkan diri belanja ke supermarket, memikirkan segala kebutuhan bulanan yang diperlukan.
Entah bagaimana otakmu mampu mengelola semuanya.
Antara suami, anak, keluarga lain, pekerjaan, keuangan, dapur.
Ah, semuanya…

Aku ingat saat kita sering belanja berdua. Sejak kecil kau sering membawaku ke pasar tradisional, mengajariku banyak sekali jenis bahan masakan.
Satu hal yang hanya aku yang merasakan, karena adik-adikku tidak pernah mau kau ajak begitu.
Aku beruntung.
Darimu pulalah aku belajar menawar harga layaknya seorang wanita. Haha.
Aku mengamati semuanya, Ma. Diam-diam kucuri ilmumu, Guru yang kukagumi.

Aku ingat, waktu kecil dulu pernah naik angkot berdua denganmu.
Saat turun dari angkot, kau sedang sibuk membenahi barang bawaan, lalu supir melaju dengan kencang…. padahal aku masih tertinggal di dalam.
Kau berlari kecil mengejar angkot yang berjalan lalu teriak.
“Eh, anakku! Anakku!”
Lucu sekali kalau kuingat itu sekarang.
Momen-momen kecil yang tak terlupakan.

Sejak kecil aku sangat suka sekali masuk kamarmu, membongkar kotak perhiasanmu, mengepasnya satu persatu, lalu memakai pemulas bibirmu.
Aku ingat itu.
Dan aku senang, Ma, sampai sekarang kebiasaan itu terus ada. Bahkan berkembang. Setiap kita bertemu, kita pasti saling mengobrol tentang perhiasan yang cantik, lipstik yang bagus, warna kuteks yang menarik.
Aku beruntung. Karena adik perempuanku tidak suka begitu denganmu.
Satu lagi kebiasaan kecil yang membuatku merasa aku lebih tau banyak tentangmu ketimbang dia.

Ada banyak hal kusuka darimu.
Nasi goreng buatanmu. Ah, nasi goreng. Masakan yang tak pernah berhasil kubuat. Tak pernah rasanya seenak buatanmu.
Benci.
Cara tertawamu. Kau lemah gemulai sekali. Kita memang berbeda. Aku tertawa dengan mulut menganga dan desibel mahatinggi, kau tertawa anggun seperlunya. Haha.
Cadelmu. Iya, huruf “r” selalu terdengar lucu dari mulutmu, Ma.
Satu hal yang sering jadi bahan ejekan adik-adik dan Papa sejak dulu. Lucu sekali.
Rambut keritingmu yang lucu.
Satu hal yang aku syukuri tidak menurun padaku. Hahaha.

Kesederhanaanmu, Ma.
Keluguanmu.
Kau adalah wanita yang lugu tapi juga kuat dan pintar.

Dan untuk semua hal yang pernah kau lakukan demi merawatku…
Terimakasih, Ma.
Terimakasih.

Maaf…
Sampai sekarang belum ada yang mampu kuberikan untukmu.
Bahkan membawamu jalan-jalanpun aku belum mampu.
Walaupun aku tahu jauh dalam hatimu kau tak mengharap balas apa-apa dan hanya ingin aku bisa hidup bahagia, suatu hari, Ma. Aku berjanji.
Suatu hari nanti.
Tunggu saja.

Maaf, jika aku belum bisa jadi puteri seperti yang kau inginkan.
Seringkali kita berselisih paham dan saling kesal pada satu sama lain.
Tapi terlepas dari pasang-surut hubungan kita, aku berani menjamin, tak pernah sedetikpun aku menyesal telah dilahirkan dari rahimmu.
Kuharap kaupun begitu padaku.

Kau mungkin bukan wanita tercantik di dunia,
Bukan wanita terhebat di jagad raya…
Juga bukan ibu yang sempurna.

Tapi kau Mamaku.
Dan bagiku, itu lebih dari apapun.

-----

(dikirim oleh #LadyZwolf di http://twelvifebrina.wordpress.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar